Sabtu, 24 November 2012

Sebuah Pengakuan ex. Aktivis Militan Gereja



Sebuah Pengakuan ex. Aktivis Militan Gereja
Mimpi ternyata bukan sekedar kembang tidur. Melalui mimpi, Anna Marcelina, mantan aktivis gereja dapat memilih jalan hidupnya yang hakiki. Ia beralih ke Islam meski menghadapi ancaman yang tak ringan.

Di sebuah aula, tempat pembinaan muallaf, Anna Marcelina akhirnya bersedia diwawancarai Amanah, padahal sebelumnya ia sempat mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya dari ancaman orang yang tidak senang dengan perpindahan agamanya ke Islam. Maklum, Anna baru setahun menjadi seorang muallaf. Terlebih, ia dulunya sempat menjadi seorang aktivis gereja yang tergolong fanatik dan militan. Ia sudah mengkristenkan beberapa Muslim. Kini ia merasa berdosa, dan ingin menebus kesalahannya di masa lalu dengan jalan bertaubat kepada Allah yang Maha Pengasih. Berikut penuturan Anna di kediamannya di bilangan Kampung Bugis, Jakarta Utara

Saya anak kelima dari tujuh bersaudara, lahir dalam keluarga Kristen (Protestan) yang tergolong fanatik. Semula mama saya seorang Muslimah, tapi kemudian masuk Kristen karena desakan ekonomi. Mama lebih mengorbankan akidahnya ketimbang harus berpisah dengan ayah.

Yang saya ketahui tentang keluarga mama hingga saat ini, mereka masih mempertahankan agama Islam, hanya mama saja yang tergoda pindah agama menjadi Kristiani, mengikuti ayah.

Setelah ayah meninggal dunia, mama saya kurang menjalani agamanya yang baru sebagai Kristiani. Suatu ketika, saya menegur, kenapa mama tak pernah berdoa dan ikut kebaktian. Tapi teguran saya itu tak digubris oleh mama.

Seiring perjalanan waktu, saya menikah dengan seorang laki-laki Muslim. Sebagai istri, saya bertekad untuk tetap mempertahankan iman Kristiani saya. Dan suami saya pun tetap pada akidah Islamnya. Meski berbeda akidah, saya tetap menghormati suami, begitu pula suami saya tidak memaksa saya pindah agama. Saya tahu, dalam Islam, tidak ada paksaan dalam beragama. Bagiku agamaku bagimu agamamu. Prinsip itu diikuti oleh suami saya.

Memang dulu, saya menikah dengan cara Islam. Tapi saya tidak menjadikan itu sebagai jalan untuk menjadi seorang Muslimah. Selama mengarungi rumah tangga yang baru seumur jagung, suami saya banyak membimbing saya dengan kesabaran dan kelembutan. Padahal, jujur saja, saya sempat 'berpikir untuk mengkristen dia, termasuk mengkristenkan saudara ibu saya. Tapi pikiran itu selalu gagal untuk diwujudkan.

Sebelum menikah, saya adalah seorang aktivis gereja di Bandung. Boleh dibilang, saya bukan sekadar penganut Kristen biasa. Saya tergolong seorang yang militant, kata teman-teman di gereja saya punya kharisma. Entahlah.. Yang jelas, saya sering mengajak dan menyampaikan kebenaran Kristen. Bahkan ketika saya masih kuliah, saya sempat mendirikan persekutuan doa dan kebaktian di kampus. Padahal sebelumnya tak pernah ada kegiatan kerohanian Kristen.

Lebih dari itu, saya bahkan pernah mengkristenkan dua orang Muslim, yang kebetulan dari golongan yang kurang educated. Tanpa melalui diskusi atau debat, cukup saya memberi pengertian tentang ajaran kasih terhadap sesama. Dengan kata lain, saya menggunakan cara-cara yang halus dan lebih menggunakan pendekatan yang simpatik. Berbeda dengan lapisan masyarakat yang educated, mereka harus dihadapi melalui perdebatan terlebih dahulu. Alhasil saya dapat merangkul beberapa Muslim lainnya.

Dalam dakwah Kristen dikenal istilah “Jadilah penjala ikan." Ikan itu adalah manusia, dan kitalah yang menjalanya. Ketika, sudah menjadikan diri sebagai penjaia ikan, maka harus ada follow-upnya. Sebagai penjala ikan, saya belum sampai menggunakan uang atau materi untuk mengajak mereka yang Muslim. Saya hanya menggunakan pendekatan yang lebih persuasif.

Lagipula, saya bukanlah seorang missionaris. Saya hanya jadi pengikut saja. Artinya, saya memang belum menjadi seorang misionaris dalam pengertian sesungguhnya, yang menyampaikan ajaran Kasih Kristus ke penjuru dunia, mulai dari kota hingga daerah terpencil. Sejauh itu, saya hanya menyampaikan firman Allah, dan mengajarkan nyanyian puji-pujian saja.

Mimpi Mendengar La Ilaha Illallah

Asli, sejak saya Iahir, saya tidak pernah mengenal apalagi mencari tahu tentang Islam. Meskipun mama saya awalnya Muslimah, saya tak ingin menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Itu mungkin, karena saya seorang Kristen fanatik.

Lalu, apa yang membuat saya ingin memeluk Islam? Kedengarannya sepele, Suatu malam saya bermimpi dikelilingi oleh ibu-ibu berbusana Muslim - mengenakan jilbab putih bersih dan menggenggam tasbih seraya melafazkan La Ilaha Illallah. Gemuruh suara itu membuat hati saya bergetar dan membuat saya terisak-isak. Saat terbangun, saya pun bertanya-tanya tentang takwil mimpi saya semalam, terutama kalimat La Ilaha Illallah. Setelah saya mencari tahu, ternyata saya baru memahami, bahwa kalimat Tauhid itu bermakna Tiada Tuhan Selain Allah.

Entah kenapa, saya yang dikenal sebagai seorang Kristiani yang fanatik, merasa yakin bahwa mimpi itu bukan sembarang mimpi atau bukan sekadar kembang tidur. Anehnya, saya langsung percaya. Dalam hati kecil saya, ini seperti petunjuk dan jalan terang bagi saya.

Kalau ditanya, kenapa saya langsung percaya? Karena memang, saya selalu meyakini setiap mimpi sebagai firasat dan petunjuk dari Yang Kuasa. Boleh dibilang, saya punya kelebihan untuk menjadikan mimpi saya sebagai petunjuk. Sebelumnya, pernah saya bermimpi adik saya sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Anehnya, mimpi saya itu selalu menjadi kenyataan. Waktunya pun berlangsung cepat, malamnya bermimpi, esoknya betul-betul terjadi. Bahkan jauh sebelumnya, saya pernah bermimpi saudara saya meninggal, esok harinya benar-benar terjadi. Umumnya, seseorang yang bermimpi sekitar pukul 2.00 pagi hingga menjelang Subuh, biasanya akan menjadi kenyataan. Karena pada saat itu, bukan sekedar mimpi tapi sebuah firasat yang sangat kuat.

Setelah mimpi yang pertama, kegelisahan saya semakin bertambah ketika saya mendengar adzan Subuh berkumandang. Saya merasakan keanehan. Setiap kali saya mendengar adzan Subuh, pasti saya terbangun dari tidur saya. Padahal, sebelumnya saya selalu bangun agak siang, saat matahari mulai meninggi.

Untuk-kedua kalinya, saya lagi-lagi bermimpi, seseorang berlutut (bersujud) dengan mengenakan sorban putih. Kemudian orang itu berdoa: "Semoga kamu meraih kebahagiaan di dunia yang sekarang dan kebahagiaan di akhirat kelak."

Setelah mimpi berturut-turut, saya tak kuat menyimpannya sendiri. Saya menceritakannya kepada suami saya. Suami saya agak surprise dan mendengarnya dengan penuh perhatian. Akhirnya, tahun 2004, saya memutuskan untuk masuk Islam. Saya diislamkan di sebuah pulau terpencil di luar Jawa. Sejak saya menjadi Muslimah, saya berganti nama menjadi Siti Masitoh.

Saya teringat, ketika pertama kali shalat, hati saya terasa bergetar. Apalagi jika ayat-ayat Tuhan diperdengarkan, hati saya pun semakin bertambah bergetar. Masa transisi dari Kristen menuju Islam, saya rasakan ujian yang sangat berat. Disamping berpisah dengan keluarga, silaturahim terputus, saya juga mendapat kesulitan ekonomi. Hingga suatu malam, saya memohon dan bermunajat kepada Allah, agar Allah memberi kemudahan dan menguatkan kesabaran saya. Alhasil, doa saya langsung dijawab Allah, betul-betul instan. Sebagai seorang guru, saya belum menerima gaji bulanan. Padahal, uang saya ketika itu tinggal Rp. 15,000, sementara tanggal 30 masih jauh. Mengandalkan suami, tentu tidak mungkin, mengingat suami saya berprofesi sebagai wiraswasta kecil-kecilan.

Begitu saya shalat Tahajud dan bermunajat kepada Allah dengan penuh kesungguhan, tanpa diduga saya menerima telepon dari teman segereja saya dulu yang sedang berada di Arab Saudi untuk mentransfer uang sebesar Rp 1 juta. Saat itu, saya bertambah yakin, Allah sungguh Maha Hidup. Dia tahu kegelisahan dan penderitaan hambaNya. Padahal kawan saya itu belum tahu, bahwa saya sudah menjadi seorang Muslimah.


Pasrah pada Allah

Setahun berjalan menjadi Muslimah, saya sering mengenang dosa-dosa yang telah saya perbuat di masa lalu. Dalam kesendirian, di tengah malam yang sunyi, jiwa saya merintih, air mata ini tak mampu lagi saya bendung. Sedih, kalau saya ingat bahwa saya dulu bukan orang baik, apalagi sempat mengkristenkan beberapa orang Islam. Ingin sekali, saya menebus dosa-dosa saya, meski saya harus memulai hidup ini dari nol lagi. Apa pun yang terjadi, saya serahkan seluruh hidup saya kepada Allah. Saya hanya ingin mendapat ampunan dan ridha-Nya.

Terakhir saya ingat, saya sempat pamit pada ibu saya. Terus terang, hanya ibu yang tahu dengan keislaman saya. Sementara saudara-saudara saya yang lain belum mengetahui. Sejak saya menikah, hubungan saya dengan saudara-saudara yang lain terputus. Saya memang berusaha menyembunyikan keislaman saya. Saya khawatir dengan keselamatan diri saya dan keluarga saya. Karena saya tahu, keluarga dari pihak kakak-kakak saya adalah orang-orang keras. Mereka tidak segan-segan mencederai saya, kalau tahu saya memeluk Islam. Tapi, bagi saya, kebenaran itu harus diungkapkan, jangan disembunyikan. Hanya Allah saja, sebaik-baik Pelindung.

Banyak hal yang saya dapatkan setelah masuk Islam. Selain rasa ketenangan, saya juga menilai Islam adalah agama yang mengutamakan disiplin. Setiap saya bangun malam untuk shalat Tahajud, saya merasa dekat dengan Tuhan. Terlebih, saat Subuh, saya selalu berjamaah dengan suami. Kemantapan iman saya semakin kokoh, ketika saya mengikuti workshop ESQ pimpinan Ary Ginanjar. Dengan pelatihan itu, iman saya seperti di-cash kembali. (amanahonline)

Jumat, 16 November 2012

Apa Keajaiban Angka di dalam Al-Quran




Baik sobat blogger semua, kali ini saya ingin mengulas Keajaiban Al qur'an , nah sampai pada saat ini saya ingin share mengenai keajaiban angka di Al Qur'an, semoga ini dapat menggugah hati kita untuk senantiasa dekat dengan bacaan Al'qur'an, Saya rasa pantas untuk saya share dari blog saya ini sebagai motivasi menuju tingkat kekuatan dalam keyakinan dengan Alqur'an .

Al-Quran adalah
kalam Allah yang merupakan sebuah Mu'jizat. Tidak ada yang menandingi keindahan bahasa dan tidak akan ada satupun yang dapat menandingi Al qur'an , bahkan satu ayat pun .
Al-Quran dan keindahan ketika kita melantunkan...
Al-Quran. Banyak orang yang hatinya tergetar jika dibacakan ayat-ayat…
Al-Quran, sehingga kemudian dia mendapatkan risalah kebenaran...
Al-Quran adalah satu-satunya kitab yang terjaga keasliannya walau telah diturunkan 14 abad yang lalu. Banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang kafir untuk memalsukan ...
Al-Quran, namun usaha itu selalu kandas...
Al-Quran yang berjumlah 30 juz, 114 surat 6666 ayat dan 51.900 kata itu dengan mudah di hafalkan oleh orang-orang yang beriman dan mempunyai hati yang bersih...
Al-Quran adalah sumber ilmu yang tidak pernah ketinggalan zaman bahkan selalu mendahului zaman, karena kebenarannya baru terbukti ketika zaman sudah mampu menciptakan tekhnologi. Keajaiban lain dari Al-Quran yang tak kalah mencengangkan adalah bahwa...
Al-Quran ternyata tersusun menurut perhitungan Matematis yang sangat teliti dan sangat cerdas !!
Berikut ini sejumlah perhitungan yang benar-benar merupakan mukjizat.

-Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk tunggal disebutkan sebanyak 365 kali, yang sama jumlahnya dengan jumlah hari dalam satu tahun Syamsyiyyah
- Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk jamak sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan
- Kata “Syahr” (Bulan) sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun.
- Kata “Sab'u (minggu) disebutkan 7 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu minggu
-Jumlah “Saah” (jam) yang didahului dengan “Harf” sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam satu hari
- Kata “Sujud” disebutkan 34 kali, sama dengan jumlah sujud dalam sholat 5 waktu
- Kata “Shalawat” disebutkan 5 kali, sama dengan jumah sholat wajib sehari semalam
- Kata “Aqimu” yang diikuti kata “Shalat” Sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah rakaat shalat fardhu  5 waktu.
- Kata “al-Dunya” disebutkan sebanyak 115 kali, begitu juga kata “al-Akhirah” sebanyak 115 kali
- Kata “ al-Israf” disebutkan 23 kali, begitu juga kata kebalikannya “al-Sur'ah”
- Kata “Malaikat” disebutkan 88 kali, kata kebalikannya “al-Syayathin” juga 88 kali
- Kata “al-Sulthan” disebutkan 37 kali, kata kebalikannya “al-Nifaq” juga 37 kali
- Kata “Harb” (panas) sebanyak 4 kali, kebalikannya “al-Bard” (dingin) juga 4 kali
- Kata “al-Harb” (perang) sebanyak 6 kali, kebalikannya “al-Husra” (tawanan) 6 kali
- Kata “al-Hayat” (Hidup) sebanyak 145 kali, kebalikannya “al-Maut” (mati) 145 kali
- Kata “Qalu” (mereka mengatakan) sebanyak 332 kali, kebalikannya “Qul” (katakanlah) juga sebanyak 332 kali
- Kata “al-Sayyiat” (keburukan) yang menjadi kebalikannya kata “al-Shahihat” (Kebajikan) masing-masing 180 kali
- Kata “al-Rahbah” (cemas/takut) yang menjadi kebalikan kata “al-Ragbah” (harap/ingin) masing-masing 8 kali
- Kata “al-Naf'u” yang menjadi kebalikan kata “al-Fasad” masing-masing 50 kali
- Kata “al-Nas” yang menjadi kebalikan kata “al-Rusul” masing-masing 368 kali
- Kata “al-Asbath” yang menjadi kebalikan kata “al-Awariyun” masing-masing 5 kali
- Kata “al-Jahr” yang menjadi kebalikan kata “al-Alaniyah” masing-masing 16 kali.


Masih banyak lagi, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu ...
Sekarang lakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr” (lautan) terhadap total jumlah kata (bahr dan barr ) kita dapatkan : (32/45) x 100 % = 71.1111111%
b. Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan) terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan : (13/45) x 100 % = 28.888888889 %
Kita akan mendapatkan bahwa Allah SWT. Dalam Al-Quran pada 14 abad yang lalu menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111 %, dan persentase daratan adalah 28.8888888889 %, dan ini adalah rasio yang riil dari air dan daratan.
Itulah sebagian kecil keajaiban dan kemukjizatan Al-Quran. Keajaiban yang lain merupakan misteri yang akan insyaAllah akan dipecahkan oleh orang-orang yang berilmu .
demikian share islam saya mengenai
Keajaiban dalam Al qur'an dan semoga ini dapat menambah semangat kita dalam membaca Al qur'an .
Sumber : Berry Blog.com